Minggu, 31 Maret 2019

Orang-Orang Biasa by Andrea Hirata; Sebuah Kisah Luar Biasa dari Orang Biasa


Memangnya apa yang orang-orang biasa dapat lakukan?
Woii, bisa dahsyat boi!
Ketika sisi kemanusian mereka terus terhimpit. Dan ketika kemudian satu-satunya impian mereka terancam tak bisa terwujud. Maka kemudian mereka, para orang biasa yang bodoh dan miskin ini akan kembali solid bersatu. Mereka bisa melakukan apa saja, bahkan melakukan penyergapan yang dikenang sepanjang sejarah. Seperti kisah yang bisa kau dapati di buku ini.

About OOB

Ini adalah karya fiksi TERBARU dari Andrea Hirata. OOB adalah singkatan dari judul novel ini; Orang – Orang Biasa. Novel ke – 10 yang diterbitkan Andrea Hirata bersama Penerbit Bentang Pustaka.
Sungguh tak kecewa saya mengikuti PO buku ini. Kisahnya yang setebal 262 halaman langsung saya habiskan dalam waktu semalam saja. Lebih karena penasaran dan tak sabar menebak endingnya.

Yang lebih istimewa, buku saya ini ada tanda tangannya si penulis. Aww, ini bener lho tanda tangan bulpen bukan scan nan, Andrea Hirata gitu loh. Sensasinya jadi makin melankolis gitu. Penulis kesukaan saya menandatangani novel milik saya yang akan nangkring di rak buku rumah saya. Pokoknya something special deh.


Novel OOB ini memang awalnya dijual dengan sistem pre-order yang dibuka pada 28 Februari 2019 sampai 10 Maret 2019. Penerbitnya Bentang Pustaka, penerbit yang sama dengan karya – karya terdahulunya. Bentang Pustaka dan manajemen Andrea Hirata melibatkan 20 toko buku online dan 174 reseller di seluruh Indonesia. Kalau sekarang sih, anda bisa mendapatkan buku OOB ini di toko-toko buku terdekat, mulai 26 Maret 2019.

Covernya begitu tampak bold -  mecolok dengan dominan warna kuning. Menarik perhatian begitu saya membukanya dari sampul jasa pengiriman. Lebih menarik dengan kata-kata Jill Simmons, New York, yang menyatakan bahwa ‘ Ordinary People, destined to be the second international bestseller..’

Menurut dia, OOB ditakdirkan menjadi karya yang akan jadi best seller secara internasional kedua dari penulis Andrea Hirata, setelah Laskar Pelangi. Ya, Laskar Pelangi sampai saat ini telah sukses diterjemahkan dalam 25 bahasa asing. Wah pujian terhadap OOB ini sungguh mengandung harapan dan doa yang dahsyat!

Sekarang mari kita lihat sedahsyat apa jalan ceritanya.

Kisah dalam Novel OOB

Ini adalah kisah sekumpulan sepuluh orang-orang biasa, kelompok kaum marginal, yang sedemikian gigih untuk mengupayakan mimpi anak teman mereka. Apa saja mereka akan lakukan, termasuk melakukan tindak kriminal.

Ada pelaku kriminalitas, pasti ada tokoh polisinya. Dan itulah yang menjadi setting awal pembuka cerita di novel ini. Kisah ini dimulai dari kegelisahan seorang tokoh bernama Inspektur Abdul Rojali dan bawahannya yang selalu setia, Sersan P. Arbi. Seorang tokoh penegak hukum tua dengan motor bebek butut yang teguh pendirian untuk selalu menjadi polisi jujur, berada di jalur yang lurus meski tanpa kekayaan melimpah. Sebuah jalur dari penegak hukum yang menempatkan pengabdian dan kejujuran di atas segalanya.

Memangnya apa yang bisa dilakukan penegak hukum yang pikirannya sepolos itu?
Jangan salah kalian menilai. Kalian tahu hal apa yang paling ditakuti oleh penjahat - penjahat dimuka bumi ini?
Ketahuilah bahwa sesungguhnya :

"Tak ada yang lebih ditakuti penjahat selain penegak hukum yang jujur" (hal.15)

Dikisahkan Inspektur Abdul Rojali menatap sendu papan tulis lusuh di kantornya. Tertulis statistik kejahatan di kota Belantik yang semakin minim. Orang-orang nya tetap banyak yang bodoh dan miskin tapi naif. Warganya sepertinya sudah lupa bagaimana bertindak jahat.

Di kemudian hari ternyata sepuluh orang biasa lah yang menjungkirbalikkan data – data kriminalitas itu. Sepuluh orang-orang yang sangat biasa malah, yang saling bersahabat sejak SMA. Mereka sering bersama karena merekalah kelompok siswa terdungu yang ditempatkan di bangku-bangku paling belakang. Satu persatu mereka drop out dari SMA tersebut. Tingkat kemampuan akademik mereka yang tiarap makin mengenaskan dengan keadaan kemiskinan turun temurun dari keluarga-keluarga mereka. Bullying pun sudah jadi makanan sehari-hari. Sungguh kombinasi yang tragis.

Kesepuluh orang biasa ini saat dewasa kemudian bekerja seperti selayaknya orang-orang biasa putus sekolah dan miskin lainnya. Ada yang jadi tukang gali kubur, pengangguran, kerja serabutan, kuli panggul dan sopir mobil pembersih septik tank. Pimpinan mereka adalah Debut Awaludin, yang kemudian memiliki toko buku kecil di kota itu. Toko buku ‘Heroik’ namanya. Karena menurutnya:

Berjualan buku di negeri yang penduduknya tidak suka membaca adalah tindakan heroik. (hal.37)

Debut yang idealis ingin mencerdaskan kehidupan rakyat dan kehidupan pemerintah padahal kenyataannya kehidupannya sendiri selalu morat-marit. Toko buku tetap sepi.

Pemicunya adalah impian seorang gadis kecil bernama Aini. Anak salah satu anggota sepuluh orang-orang biasa tersebut. Ibunya, Dinah, adalah penjual mainan asongan yang dulu waktu SMA bebalnya bukan main dalam urusan hitung menghitung. Kemiskinan semakin mencekik ketika kemudian bapak Aini sakit parah. Tujuh bulan Aini tak sekolah merawat bapaknya saat  ibunya kerja banting tulang untuk biaya hidup dan pengobatan.

Penyakit ayah Aini makin parah dan hidupnya pun kemudian berakhir di ruang sebuah Puskesmas kecil. Semakin menyedihkan saat kemudian adiknya dinyatakan mulai mengidap sakit yang mirip ayahnya. Petugas Puskesmas mengatakan hanya dokter ahli yang dapat tahu dan menyembuhkan penyakit adikny dan almarhum ayahnya. Sejak saat itulah Aini bertekat ingin jadi dokter ahli.
Aini boleh saja sama bodohnya dengan ibunya, Dinah. Tapi bedanya Aini tak mau menyerah begitu saja. Ditengah kemiskinan dan kesulitan hidupnya, jumpalitan dia mengalahkan rasa mualnya saat menghadapi matematika yang menjadi momok pelajarannya. Pada akhirnya Aini berhasil meningkatkan nilainya dan bisa masuk universitas kedokteran sesuai impian yang begitu berat dia perjuangkan.  Tapi apa daya, biaya masuk universitas kedokteran sangat mahal. Dinah sudah berusaha pinjam kemana-mana tapi tak pernah berhasil.

Kesepuluh orang-orang biasa itu kemudian berkumpul kembali. Mereka bertekat membantu Dinah mendapatkan uang untuk kuliah. Apapun caranya. Impian Aini adalah impian mereka. Sesuatu yang kemudian memantik semangat karena selama ini, mimpi pun mereka tak pernah berani.

“ .. Tengoklah banyaknya anak-anak pintar miskin yang tidak dipedulikan Pemerintah! Tengoklah jurusan tertentu hanya dapat dimasuki orang-orang kaya! Tengoklah langkanya anak-anak orang miskin jadi dokter! Mendaftar ke fakultas itu saja mereka tak berani.  Padahal kecerdasan mereka bisa diadu! Ilmu seharusnya tunduk pada kecerdasan, bukan pada kekayaan! Para pemimpin, birokrat, politisi, sibuk dengan periuk belanga sendiri...” (Debut, hal 118)

Ya, apapun akan mereka tempuh, Aini harus masuk sekolah kedokteran. Apapun – termasuk melakukan kejahatan sekalipun.  Kemudian alur cerita berikutnya adalah bagaimana aksi-aksi kesepuluh orang biasa itu merencanakan dan mengeksekusi kejahatan demi mendapat jutaan uang biaya kuliah Aini.

Pendapat Saya akan Novel OOB

Ini dalah pertamakalinya, Andrea Hirata menulis novel dalam genre crime. Sebuah hal baru dalam karier kepenulisannya. Tapi tokoh-tokohnya tetap konsisten pada tokoh orang-orang marjinal, seperti apada karya-karya dia sebelumnya.  Tokoh-tokoh orang-orang biasa dengan mimpi besar yang tak berani diucapkan. Orang-orang yang kadang tersisihkan atau bahkan dipandang sebelah mata.
Getir memang.

Tapi jangan khawatir, Andrea Hirata tidak mencoba menuliskannya secara mengharu biru. Kata-kata dan dialog dalam novel ini tetap ringan dan penuh humor gaya lepau kopi budaya Belitong. Sebuah gaya sastra satire yang membalut berbagai kritik sosial dalam selera humor tingkat tinggi. Itulah mengapa saya selalu jatuh cinta dengan tiap karya Andrea Hirata.

Yang ada adalah saat membaca pahit getirnya kehidupan orang-orang biasa dalam novel ini, bisa saja mata setengah basah menahan ngilu, namun mulut tetap tak bisa menahan senyuman. Bahkan sesekali terkikik-kikik. Such beautiful mixed feelings.

Memang Andrea dalam acara jumpa press release novel ini menyatakan bahwa dia tidak mau menceritakan kisah orang susah yang pahit yang kemudian memaki-maki dalam keputusasaan. Lagipula orang susah tak punya banyak waktu untuk menangis tergugu. Tiap detiknya mereka harus berjibaku mendapat sesuap nasi untuk anak-anak mereka hari ini. Jelas meratap-ratap bukanlah pilihan. Maka menertawakan kegetiran adalah cara orang-orang biasa menyuarakan  ketidakadilan itu. Bahgia mereka bisa dari hal-hal sederhana saja. Dan itu sebenarnya sungguh jenius!

Kelebihan lain dari karya-karya Andra Hirata adalah pada unsur moral value yang diusung di tiap kisah. Termasuk pada novel Orang-Orang Biasa (OOB) ini. itulah mengapa setiap kali saya dan tim literasi sekolah mendapat tugas untuk mencari bahan bacaan siswa, buku-buku karya Andrea Hirata langsung  diborong. Itu karena karyanya termasuk kategori safe untuk anak sekolah, apalagi moral valuenya juga bagus.

OOB mengingatkan akan indahnya karakter intregitas. Sebuah karakter yang mendorong seseorang untuk selalu mengutamakan kejujuran dan menolak keculasan mulai dari hal-hal kecil. Kesulitan ekonomi  bukanlah alasan dari seseorang untuk tidak mampu menjaga integritas. Seperti kemudian bagaimana mereka akhirnya melunasi biaya masuk sekolah kedokteran Aini. Untuk prosesnya bagaimana, biarlah anda menikmatinya dengan membaca sendiri novel OOB ini. Termasuk pada alasan mengapa pada cover buku ini orang biasa itu memakai topeng kera di kepalanya. Tak akan asyik kalau saya ceritakan keseluruhannya disini.


Banyaknya code switching.. atau pemakaian beberapa kata atau kalimat berbahasa Inggris dalam novel ini bisa saja kurang nyaman bagi beberapa orang. Misalnya di kutipan halaman 62 ini:
 Apa pun yang terjadi dipantau di tempat rahasia secara wireless lewat sistem remote surveillance.
Bagi beberapa pembaca yang awam sekali mungkin kurang paham, apalagi memang tanpa memakai catatan kaki sama sekali.

Hanya saja memang hal yang bisa agak menganggu adalah pada banyaknya penokohan di cerita ini. Banyangkan sekumpulan orang-orang biasa! Belum lagi nama anak istrinya. Belum lagi lingkaran tokoh di sekitar Inspektur dan sersan polos itu. Ditambah nama-nama guru sekolahan vilain atau tokoh jahat yang sejak SMA suka membuli sekelompok orang biasa itu.

Kalau saya sih enjoy saja. Tipsnya : tidak usah mencoba menghafal nama-nama tokoh tersebut saat membaca. Baca rilex saja, banyangkan saja anda sedang ngobrol ngalor ngidul dengan tetangga sambil menunggui anak main sepedaan. Biarkan saja mengalir dan ajaibnya nanti dengan sendirinya kita akan mengahafal tokoh-tokoh tersebut. Bahkan saya aja bisa membayangkan siapa yang cocok memerankan tokoh tersebut jika difilmkan. Hehe.. Agus Ringgo akan cocok jadi si idealis miskin, Debut. Dan Panji jadi si Inspektur polos. Ah, serunya kalau difilmkan dengan adegan  drama suspense sekelas Holiwood.

Overall, saya bilang novel ini keren. Jalan ceritanya cukup unik dengan twist mengejutkan di bagian akhir. Tokoh-tokohnya juga hanya orang-orang biasa yang bisa saja tampak unik  dengan pikiran-pikiran menakjubkan dan mudah bahagia dengan hal-hal sederhana. Terlebih lagi pesan moralnya pun sungguh menakjubkan.

Dan satu lagi, kisah dibalik pembuatan novel ini pun akan semakin membuat anda mengharu biru.  OOB memang ditulis dalam waktu singkat, 9 hari saja, dengan dorongan kisah nyata tetangganya, yang gagal masuk ke  sekolah kedokteran di Universitas Bengkulu karena tidak punya biaya. Anak itu bernama Putri Belianti. Gadis yang mimpinya telah padam ini masih sering menangis setiap kali dia melihat pengumuman tertanggal tahun 2013, yang berbunyi bahwa dia diterima di fakultas kedokteran Universitas Bengkulu. Dia gagal masuk lewat program bidik misi, mungkinkarena tahun2013 itu program bidik misi belum sebanyak sekarang. Sementara untuk masuk lewat jalur reguler,  Ayah ibunya tak sanggup mencari pinjaman untuk biaya uang muka.

Untuk itulah di bagian awal novelnya, Andrea menuliskan:

Kupersembahkan untuk Putri BeliantiAnak miskin yang cerdas, dan kegagalan yang getir masuk Fakultas Kedokteran, Universitas Bengkulu.

Yah, memang sih OOB ini hanyalah sekedar karya fiksi. Ini memang sekedar novel dengan tokoh rekaan. Tapi tokoh Putri Belianti ini adalah tokoh yang riil. Yang bisa saja nasipnya sama dengan beberapa anak-anak miskin tetangga disekitar anda.

Saya sungguh menikmati dan memaknai kisah di novel Orang-Orang Biasa ini, karena memang saya bagian dari orang-orang biasa itu. Kalau anda merasa berderajat tinggi dan merasa bukan kaum orang biasa, tak usahlah mencoba membaca novel ini. Kalau anda orang yang apatis, tak pedulian , menutup mata dengan kehidupan biasa orang-orang disekitar anda, tak usahlah mencoba memahami bahasa novel ini.

Karena memang gaya bicara orang biasa hanya dapat dimengerti oleh orang biasa juga. Bukan begitu, Boi?

Jika anda ingin membaca novel lain yang temanya semacam ini cobalah membaca 'The Girl who Saved King of Sweden" yang ditulis oleh Jonas Jonasson. Sama konyolnya, tapi bermakna dalam, dengan ide bahwa orang biasa saja bisa menyelematkan dunia! 
Di novelnya Jonas ini, tokoh orang biasanya adalah seorang gadis berkulit hitam miskin yang profesinya adalah penguras jamban. 

Bisa anda baca - baca ringkasan ceritanya di tautan ini:



Senin, 18 Maret 2019

Cokelat Rondo Kuning ; Bukan Cokelat Biasa


Cokelat memang banyak jenisnya. Tapi yang ini saya bilang bukanlah sekedar cokelat biasa.
Cokelat yang bernama Rondo Kuning ini dibuat dengan sepenuh cinta oleh masyarakat di pedesaan di Wilayah Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri. Dibungkus dengan penuh pengharapan akan adanya penghidupan yang lebih baik dari butir - butir kakao yang ditanam di pekarangan mereka.

Bantu Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan

Dengan membeli produk ini, kita akan membantu sepenuh cinta usaha pemberdayaan masyarakat di Girimarto. Kecamatan Girimarto yang terletak 24 km di sebelah timur kota Wonogiri ini, terdiri dari 12 desa dan 2 kelurahan,. 
Tahu nggak sih, ternyata Wonogiri tidak sekedar punya tiwul dan mete. Ternyata beberapa wilayah di Wonogiri cocok untuk tanaman kakao. Salah satunya di Girimarto ini, selain Kecamatan lain seperti Jatipurno, Slogohimo, Manyaran dan Ngadirojo. Kualitas kakao dari Wonogiri pun  ternyata termasuk kualitas nomer satu di area Jawa Tengah. Jumlah hasil panenan pun bisa dikatakan sebagai produsen kakao terbesar kedua setelah Kecamatan Batang. Inilah yang disampaikan oleh Pak Sudaryanto, Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan terpadu satu pintu Kabupaten Wonogiri dalam acara temu UKM bulan Maret 2018 lalu.

Seorang warga menunjukkan pohon kakao (gambar diambil dari http://tremes.desa.id)

Pada tahun 1980 an, pemerintah memang menjadikan beberapa desa di wilayah Girimarto untuk percontohan penanaman kakao. Pada waktu itu ribuan bibit kakao disebar di berbagai desa tersebut.  Memang tidak selalu dikembangkan dalam perkebunan skala besar. Banyak masyarakat yang menanamnya dalam skala kecil di pekarangan rumah masing masing. Keberadaan pohon kakao itu menjadi salah satu penopang kelangsungan membayar spp anak-anak warga yang masih sekolah atau sekedar membantu agar periuk tetap terus mengepul.

Hanya saja para warga saat itu belum cukup menyerap pengetahuan dan pengalaman untuk merawat tanaman kakao tersebut dengan sebaik-baiknya. Apalagi mengolahnya menjadi produk jadi. Mereka tahunya hanya mengambili hasilnya seadanya kemudian dijemur dan akhirnya dijual ke pengepul dengan harga rendah.

Pada tahun 2015, Pemerintah daerah kemudian mencoba merintis kembali pengembangan kakao. Beberapa pohon yang kurang produktif diganti dengan bibit baru. Kemudian diajari cara merawat dengan lebih baik, misalnya cara pemupukannya, pengobatan penyakit dan hama, cara pemangkasan agar dahan-dahan antar pohon tidak saling bersentuhan, dan ada pohon pelindung dalam jarak tiga meter. 

Dengan adanya Badan Usaha Milik Desa atau BUMDES, perkembangan budidaya kakao semakin meningkat. Nah dengan adanya BUMdes ini, warga kan lebih mudah menjual hasil tanaman kakao mereka,dengan harga yang jadi cukup baik. Hasil panenan kakao warga tidak lagi dijual lewat tengkulak atau pengepul. Bumdes telah bisa menampung hasil panenan warga dan membelinya dengan harga lebih baik.

Tahun 2017, mulailah diupayakan mengelola sebagian hasil panenan biji kakao menjadi produk olahan dengan nama produk, Rondo Kuning. Pengolahan kakao menjadi olahan produk cokelat ini pusatnya di desa Giriwarno, dibawah BUMdes Rondo Kuning, Kecamatan Girimarto. Dengan mengembangkan produk olahan ini, harapannya pendapatan masyarakat akan lebih meningkat. Harga kakao akan lebih meningkat daripada jika semua dijual dalam bentuk biji kering seperti biasanya.

Nah, sekarang tahu kan, bahwa saat kita membeli produk olahan cokelat Rondo Kuning ini berarti kita telah membantu upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan untuk mendapatkan pendapatan tambahan. Memajukan kehidupan para petani di desa-desa. Untuk pendidikan anak-anak mereka yang lebih maju, untuk penghidupan yang lebih baik.

Legenda Rondo Kuning

Produk olahan cokelat ini diberinama Rondo Kuning berdasarkan cerita legenda yang beredar di desa Giriwarno itu. Namanya juga lebih mudah dikenali dan mudah diingat. Rondo adalah sebuah kata bahasa Jawa yang berarti Janda. Rondo Kuning berarti seorang Janda berkulit kuning. Ini seperti yang terdapat logo BUMdes Rondo Kuning.
Logo Bumdes diambil dari deskgram.net/bumdes_rondokuning
Begini nih kisah legendanya.
Pada jaman dahulu kalaaaa.... ada sebuah lahan yang merupakan tanah bengkok Demang Giriwarno. Waktu itu padi sudah nampak mulai menguning. Bulir-bulirnya merunduk sarat dengan biji padi yang penuh berisi. Seperti biasanya, warga desa mulai berkumpul untuk membantu memanen padi. Mereka akan mendapat upah berupa sebagian padi hasil kerjanya. 'Derepan' begitu istilah jawanya untuk kegiatan menuai padi. Dan upah menuai padi itu disebut 'bawon' dalam bahasa Jawa.

Warga dari luar desa Giriwarno pun banyak yang berdatangan untuk derepan di lahan persawahan yang cukup luas tersebut. Mereka yang datang kebanyakan dari warga yang ekonominya kurang mampu. Kebanyakan dari mereka berkulit hitam kusut dengan pakaian yang alakadarnya. Tapi  hari itu ada yang nampak berbeda, diantara para penderep itu. Seorang wanita cantik berkulit kuning berdiri ditengah sawah dengan luwesnya membantu menuai padi. 

"Hei, siapa itu?" bisik-bisik diantara penderep mulai terdengar. Yang dirasani hanya tersenyum manis dengan tetap menuai padi dengan ani-ani ditangannya. 
Seorang perempuan tua diantara mereka kemudian memberanikan bertanya,"Kamu asalnya darimana nduk, cah ayu?"

Perempuan cantik itu menghentikan sejenak gerakan ani-aninya yang selalu cekatan namun nampak luwes," Oh, mbok kulo niki namung rondo saking tebih."
Saya hanyalah seorang janda dari desa yang jauh dari sini, begitulah jawaban singkat dari perempuan cantik berkulit kuning itu.Rambut panjangnya tergerai rapi tersembul dibawah capilnya, sesekali mengombak saat angin menerpa.

Penderep lain yang mendengarkan mengangguk-angguk sebentar, merasa cukup mendapat penjelasan mengapa mereka belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. Tak banyak percakapan hari itu. Semua harus bekerja sekeras mungkin untuk mendapatkan 'bawon' sebanyak-banyaknya, karena banyak sedikitnya upah mereka tergantung dari hasil yang mereka dapat masing-masing. 

Sore menjelang, setelah semua dipanen, semua pekerja mendapatkan 'bawon' mereka masing-masing. Tetapi ternyata wanita cantik yang mengaku janda tadi tidak ikut meminta upah. Wanita itu seperti menghilang begitu saja. Semua orang mencari disekitar sawah, tetapi rondo cantik berkulit kuning itu tak juga ditemukan.

Akhirnya warga tersebut menduga bahwa wanita cantik yang tadi ikut menuai padi bersama mereka, bukanlah orang sembarangan. Tidak mungkin orang biasa yang secantik itu ikut memanen padi dengan luwesnya dan kemudian menghilang secara misterius .Tanpa ada yang mengetahui entah kemana. Di sepanjang perjalanan pulang, mereka menceritakan kisah aneh tersebut kepada siapa saja yang mereka temui, kepada para tetangga di sekitar rumah mereka. Bahwa ada Rondo Kuning misterius membantu mereka panen dan menghilang di sawah tempat mereka bekerja tadi.

Warga semakin percaya bahwa Rondo Kuning itu bukan orang sembarangan saat hari demi hari area persawahan tersebut semakin bertambah subur dan tak kurang hasilnya. Sejak saat itu wilayah persawahan di desa GiriWarno tersebut disebut dengan 'Rondo Kuning.'

Varian Produk Cokelat Rondo Kuning 

Produk olahan BUMdes Rondo Kuning ada yang berupa cokelat batangan, cokelat bubuk dan kue. Kedepannya akan digali lagi kemungkinan produk olahan dari kakao ini. Tujuannya agar konsumen tidak bosan dan makin diminati. Hmmm... bisa diolah jadi apa lagi ya bubuk kakao ini?? 


 Saya sudah coba cokelatnya, enak lho. Rasanya memang cenderung ada bitter pahitnya gitu, karena memang bahan campurannya tak begitu banyak. Cokelat ini dipasarkan dengan harga Rp. 7.500 an per batang.Yuummmyy.. lumer dimulut. Kemasannya pun sudah dibuat menjadi semakin kece dengan kata kata menarik di tiap bungkusnya. Jadi sambil menikmati lumer cokelatnya, kita bisa cengar-cengir bahagiahmembaca kata-kata di bungkusnya.


Cokelat bubuknya juga syedaaap. Cocok untuk teman camilan saat cuaca sedang dingin gini. Ada kemasan sachetan dengan berat 60 gram dengan harga dibandrol Rp. 6.000 untuk yang mix dan Rp 7.000 untuk yang ori. Tersedia juga dalam kemasan bag 250 gram, dengan harga Rp. 34.000 untuk yang mix dan Rp.40.000 untuk yang ori. Saya nyobanya yang mix karena saya kurang suka yang agak pahit seperti yang ori. Untuk yang ori mungkin cocok untuk dijadikan campuran membuat cake atau cookies.



Untuk membuat minuman coklat dari bubuk cokelat ini, campur dengan air panas trus diaduk-aduk dan tadaa... hot chocolate is ready. Mau dijadikan es cokelat juga bisa, tapi aduk dulu dengan air hangat sedikit sampai larut baru kemudian ditambah air dingin dan es batu secukupnya.Pokoknya meskipun produk lokal, rasanya gak kalah bersaing deh. Hanya memang varian cokelat batangannya mungkin perlu ditambah dengan dikasih mede atau variasi lain biar lebih menarik.

Brownies Rondo Kuning yang Menggoda, harga Rp. 32 K

Browniesnya juga manteep.Brownisnya ini ada taburan keju, ceri dan kismis yang bikin tambah yummy. Cakenya juga moist, seperti brownis kukus merek yang terkenal itu. Kemaren sih langsung diserbu teman sekantor sih. hehe.. enak apa doyaan
Untuk yang pengen lihat lihat bisa ke fb nya Giriwarno Indah , atau https://deskgram.net/bumdes_rondokuning.  Kalau saya sih pesennya ke Mbaksay Endah Aryuningsih Tri Rahajeng .Diterne langsuuung ke SMA 2, free onkir deh. Thanks jeng. Bisa juga anda yang jauh mau order lewat https://shopee.co.id/rondo_kuning . Dan nikmati kelezatannya.
Cobain yuk...

"Chokelat itu layaknya kehidupan. rasanya manis dan sedikit pahit."
eaaa...
'Manis seperti saat disampingmu dan pahit saat jauh darimu'.


blogger tamplate

 thema gratis blogger terbaru blogger template blogger template blogger template blogger template blogger template blogger template b...