Minggu, 23 Desember 2018

'Lima Sekawan' ; Our Soulmate


Bagi saya, setiap pembaca buku pasti memiliki belahan jiwa masing-masing. Itu adalah buku yang kamu pilih untuk dibawa kemana-mana - yang paling sering terbawa. Itu adalah buku yang paling sering kau ambil setiap kali kamu akan bepergian; yang tak perlu menghabiskan waktu berjam jam untuk memutuskannya! Itu adalah satu buku yang memiliki tempat spesial di hatimu.

Kata 'kami' disini maksudnya adalah: saya dan anak perempuan saya - Aisyah. Kita mungkin saja sering berdebat akan banyak hal kecil; yah seperti halnya ibu dan anak yang lain. Tetapi, anehnya kita punya satu kesamaan dalam memilih buku sebagai soulmate-belahan jiwa.

Yups, novel serial 'Lima Sekawan'(The Famous Five) adalah belahan jiwa kami. Kapanpun kami memutuskan untuk melakukan perjalanan, anak perempuan saya itu hampir dipastikan menyelipkan salah satu koleksi Lima Sekawan nya ke dalam tas. Bisa saja sih dengan buku lain, seperti kisah Abunawas atau Muhammad Al Fatih. Tetapi Lima Sekawan tetap pilihan utama. Seperti saya, dia juga menikmati membaca buku kecil seukuran pocket ini waktu luang di sela perjalanan.


Hmm, memangnya siapa ya yang bisa menolak petualangan seru dari keempat anak dengan seekor anjing itu?
Kami sering ikut merasa tercekam setiapkali kelima tokoh itu mengalami masalah selama petualangan mereka. Kami seakan bisa ikut mersakan segarnya susana di tempat mereka berkemah. Rasanya menyenangkan untuk menikmati bagaimana kelimanya bercakap dan melakukan perjalanan. Rasanya hebat untuk memiliki impian akan bisa punya sebuah pulau kecil lengkap dengan kastil antiknya, seperti Pulau Kirrin. Itu selalu terasa mengesankan. Kami berasa langsung jatuh cinta begitu saja dengan Julian, Dick, Anne, dan Georgina (George) - dan anjing mereka ,Timmy.

Setting di sebagian cerita di novel hampir sebagian besar berupa suasana pedesaan. Ini membuat anak-anak dapat menemukan kesenangan-kesenangan sederhana dari kehidupan di pondok-pondok sederhana, sungai sungai kecil de tengah padang, piknik, dan perjalanan bersepeda di sekeliling kehidupan pedesaan di Inggris dan Welsh.
Merupakan pengalaman yang cukup segar dan berbeda bagi orang Indonesia seperti kami. Dari Televisi atau koran, kita mendapat gambaran bahwa orang Eropa selalu modern dan hidup di gedung bertingkat. Dan serial novel ini menyajikan pandangan yang berbeda.


Saya tidak yakin sih , apakah sebenarnya orang Eropa masih ada yang hidup seperti ini akhir-ahkhir ini. Mengingat bahwa 'Lima Sekawan' telah ditulis tahunan yang lalu, tepatnya di tahun 1940 an oleh penulis Inggris bernama Enyd Blyton. Saya pikir cara hidup orang-orang Eropa itu bisa saja berbeda sekarang. Justru inilah yang menjadikan Lima Sekawan menjadi lebih menarik. Saya dan putri saya dapat ngobrol dengan asyiknya tentang bagaimana ya rasanya menikmati tea time, atau bagaimana ya rasanya menikmati dua telur rebus dengan sepotong keju dan jus lemon segar dari lahan pertanian di sekitar kemah mereka.

Lima Sekawan adalah Soulmate kami - itu pastinya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

blogger tamplate

 thema gratis blogger terbaru blogger template blogger template blogger template blogger template blogger template blogger template b...