Senin, 18 Februari 2019

Mewarnai Akal Mengakarkan Pekerti


Apa warna akal mereka? 
Sepertinya hijau. Tampak menyeruak diantara rapinya barisan mereka di upacara bendera pagi ini. Terus bertumbuh. Menjulang. Ingin menjadi yang tertinggi.

Lalu apa yang salah ketika siswa-siswa di negara ini diklaim memiliki tingkat pencapaian pendidikan tidak terlalu tinggi?  Dengan tempat peringkat 62 dari 72 negara di dunia. Benar adanya, itu bukanlah peringkat yang mengagumkan untuk sebuah negara dengan sumber daya melimpah ini. Bahkan kalah tertinggal dengan negara kecil  tetangga. Singapura duduk takzim di antara urutan teratas. Penelitian itu sungguh tidak seindah hijau yang kulihat di pendar akal mereka hari ini.

Kemudian mulailah saling menyalahkan

Berapa harga akal mereka? Apakah setara dengan harga 20 persen anggaran pemerintah yang dialokasikan di bidang pendidikan itu? Wah jangan main-main. Itu harga peringkat keempat tertinggi dari negara didunia pada alokasi anggaran pendidikan. Pemerintah berkilah telah menginvetasikan banyak sumber daya di bidang pendidikan. Tidak semua negara melakukannya.

Sebagian mulai mempertanyakan kredibilitas PISA sebagai program penguji kualitas pendidikan itu. Asal tahu saja ya. PISA (Programme for International Student Assessment) itu  adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains untuk siswa sekolah berusia 15 tahun di berbagi belahan dunia.  PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006 dan seterusnya.  Dan hasil diatas adalah hasil PISA 2015 yang dirilis Desember 2016 lalu.

Sehebat apa sih si PISA itu sampai berani memberi warna coklat selayu daun kering untuk akal anak-anak kita ini? Membuat geram. Meradang. Walau kemudian takluk pada kenyataan bahwa PISA memang menyajikan bukti ilmiah yang sangat kuat. Diakui secara internasional.

Beberapa mulai menggerutu pada kurikulum. Yang lainnya meruntuki guru yang tidak kunjung cakap menyampaikan materi. Sisanya duduk jongkok tak peduli di pinggir sungai sambil ngupil. Tak peduli. Bodo amat dengan segala yang katanya carut marut di dunia pendidikan. Selama nasi masih mengebul cukup untuk sekedar makan tiga kali; buat apa memikirkannya.

Dan lihatlah saat kita mulai sibuk saling menyalahkan, anak-anak kita itu akan semakin kehilangan pendar warna kehijauan itu. Dan pada akhirnya kenyataannya adalah : Blaming others will get you nowhere!

Waktunya Berkaca dan Peduli

Sungguh tak ada yang salah dengan dasar pendidikan kita. Ki Hajar Dewantara, yang hari lahirnya kita peringati sebagai hari pendidikan, sebenarnya telah meletakkan pondasi yang sangat kuat untuk pendidikan di negara kita ini. Ki Hajar berpuluh tahun  yang lalu telah dengan tegus menyatakan bahwa Pendidikan itu ya harus meliputi tiga hal secara menyeluruh-tidak boleh dipisahkan- tidak boleh saling mengenyampingkan: Olah Akal – Olah Rasa – Olah Raga.

Jangan- jangan saat ini kita hanya sibuk mengolah akal anak – anak kita ini. Sedikit memberi ruang untuk mengolah raga dan pekerti mereka. Sibuk mengajari mengeja membaca per kalimat di  buku , tapi lupa mengenalkan indahnya karakter gemar membaca.

Berjibaku membuat mereka tangkas berhitung , tapi mengenyampingkan dahsyatnya karakter ingin tahu – mematikan berpikiran kritis mereka dengan sekedar hafal rumus bangu ruang dan perkalian.
Menyempatkan ribuan jam untuk menghafal ratusan teori rumus tapi menempatkan sedikit waktu untuk mengembangkan karakter peduli mereka. tahu  teori tapi tak paham cara menerapkannya.

Hey, Character Matters !

Charater matters - mewarnai akal itu memang penting - tetapi mengakarkan pekerti pun tak kalah pentingnya. Membangun akhlak dan karakter sangatlah penting. Bukan sesuatu yang layak dikesampingkan atas nama nilai pengetahuan semata.

Anak-anak kita  itu hanya seperti pepohonan di atara rimbunan hutan . Warnai hijaunya agar selalu bersinar. Tapi jangan lupa menjaga akar pekertinya untuk tetap mencengkeram erat. Hingga nanti saat badaipun-kelak mereka akan tetap menjulang. Diukur dengan metode pengukuran apapun mereka akan tetap jadi diantara yang tertinggi.

Tapi maaf saya beri tahu sedikit rahasia ya. Guru tidak bisa melakukan itu sendirian. Pemerintah tak akan jalan kebijakannya. Tanpa dukungan anda semua- ayah bunda hebat di luar sana.

Sehebat apapun guru dan kurikulum yang dibuat pemerintah, semua itu tak akan bisa menghebatkan anak-anak kita – jika tanpa dekapan yang kuat dari ayah bundanya di rumah. Jika tanpa dasar warna hijau yang kuat dari rumah. Jika tanpa pondasi akar pekerti yang kokoh dari rumah.

Selamat  mendidik. Sejenak luangkan waktu hari ini – menghargai warna akal mereka. Mengakarkan pribadi mereka.Dan lihatlah kelak mereka akan terus bertumbuh .Lebih tinggi dari pohon manapun. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

blogger tamplate

 thema gratis blogger terbaru blogger template blogger template blogger template blogger template blogger template blogger template b...